Kamis, 08 Oktober 2015

PENALARAN


Pengertian Penalaran

Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu :

  1) Proses berpikir logis,sistematis,terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan
    2)      Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan
    3)      Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru

Unsur Penalaran Karangan Ilmiah

  •         Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variable.
  •      Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
  •          Proses berpikir ilmiah
  •         Logika
  •          Sistematika
  •          Permasalahan
  •         Variable
  •        Analisis



Proporsi      


          Proporsi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya. Maksud dari kedua-duanya ini yaitu dalam suatu kalimat proporsi standar tidak boleh mengandung dua pernyataan benar dan salah sekaligus. Dalam penalaran, proporsi yang dijadikan dasr penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi.
 
Inferensi dan Implikasi
      Beberapa pengertian yang berkaitan dengan penalaran antara lain inferensi dan implikasi. Inferensi berasal dari kata latin inffere yang berarti menarik kesimpulan. Sedangkan implikasi berasal dari bahasa latin implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada dalam fakta. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, sesuatu yang dianggap ada karena sudah di rangkum dalam fakta/ evidensi itu sendiri. 


                        Wujud Evidensi





Ciri-ciri penalaran sebagai berikut:
  1. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
  2. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
  3. Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
Dua macam proses bernalar 

1.     Penalaran induktif
        Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus.
Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam yaitu :

·         Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah data yang bersifat khusus yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Buah kelapa dapat dijadikan sebagai bahan makanan dan minuman yang segar. Tak hanya buahnya, kayu pohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sedangkan pelapahnya dapat dijadikan sapau ijuk. Bahkan akarnya pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu pohon kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

·         Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum.
Contoh:
Pisau yang tumpul lama – kelamaan akan menjadi tajam jika terus menerus diasah. Hal ini dikarenakan pisau yang tumpul tersebut, selalu digunakan dan dilatih sehingga pisau itu tidak menjadi karat dan rusak. Hal yang sama juga terjadi dengan otak manusia. Meskipun bodoh, kita akan menjadi pintar jika terus menerus belajar karena dengan terus belajar otak akan menjadi terlatih sehingga kemampuannya akan menjadi tajam. Oleh karena itu, meskipun bodoh dalam suatu hal, kita akan menajdi pintar jika terus berlatih, sama halnya dengan pisau yang tumpul akan menjadi tajam jika terus diasah.

·         Sebab-akibat adalah proses penalaran berdasarkan hubungan ketergabungan antargejala yang mengikuti pola sebab-akibat,akibat-sebab,atau sebab- akibat-akibat.
Contoh :
Saat ini banyak hutan yang telah beralih fungsi menjadi tempat permukiman. Mereka memaksa semua binatang yang ada di dalamnya untuk pergi dari rumah mereka. Tak hanya itu, perburuan yang massif pun sering terjadi. Para pemburu dengan seenaknya membunuh binatang – binatang yang ada. Akibatnya, binantang – binatang sekarang berada di ambang kepunahan.

2.     Penalaran Deduktif

        Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:

·         Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris.
Contoh :
Tidak ada manusia yang abadi
Ana adalah manusia
Ana tidak abadi

·         Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Contoh :
Jika hujan saya naik mobil
Sekarang hujan
Jadi saya naik mobil

·         Silogisme Akternatif : silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Contoh :
Boni di rumah atau di pasar
Ternyata tidak di rumah
Jadi, di pasar

·         Entimem merupakan suatu bentuk silogisme juga. Tetapi, di dalam entimem salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh: 
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain. 
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:
menipu adalah dosa
karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah premis minor (karena bersifat khusus). Maka silogisme dapat disusun:

menipu merugikan orang lain
menipu adalah dosa



Referensi :

Widjono Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan      Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar